TUJUH NILAI KARAKTER UTAMA KELUARG IBRAHIM ALAIHISSALAM
TUJUH NILAI KARAKTER UTAMA
KELUARGA IBRAHIM 'ALAIHISSALAM
(KHUTBAH SINGKAT)
Allahu Akbar (3X), Allaahu Akbar wa Lillaahi al-Hamdu, jama’ah Sidang Iedul Adha rahimakumullah..!
Di pagi hari yang sejuk dan berbahagia ini, atas kesaksian oleh Allah, para malaikat dan alam semesta ini, lebih dari dua milyar penduduk bumi meramaikan masjid-masjid dan tanah lapang di berbagai belahan dunia, satu dalam satu jiwa melintasi dimensi-dimensi perbedaan, menyanjung Kebesaran ilahi Rabbi, syahdu terdengar seiring fajar 10 Dzulhijjah menguak lembaran hari-hari kita. Di tempat yang sama, jutaan manusia dari berbagai ras dan kebudayaan juga berkumpul, menata barisan dalam satu konsolidasi ibadah haji. Pagi ini, bumi menjadi riuh rendah oleh Takbir, Tahmid dan Tahlil, ada orkestra suci yang terlantun dari mulut-mulut pasrah hamba Allah. Rindukan Tuhan, banggakan akidah, padukan ukhuwwah. Kami datang dan bersatu untukMU ya Rabbi, menyadari betapa lemah dan hina kami sebagai khalifah-MU di tanah jagad ini. Rasa syukur tiada terhingga atas kekuatan, kesehatan dan kesempatan sehingga kami dapat berada di tempat ini, menunaikan sebahagian dari sunnah Nabi-MU yang mulia, untuk menunaikan Sholat Idul Adha.
Beribu-ribu tahun yang lalu, tersebutlah kisah tentang sebuah keluarga mulia yang diabadikan dalam hikayat bangsa-bangsa. Ada kisah tentang seorang Tokoh Besar yang menjalani hari-harinya seorang diri untuk menggalang perlawanan terhadap kedzholiman seorang Raja Namrud yang dzholim, riwayat perjuangannya sebagai seorang Ayah yang sukses memandu keluarganya untuk keluar dari himpitan hidup, catatan cemerlang tentang seorang ayah yang kemudian berhasil meletakkan fondasi ketauhidan bagi peradaban manusia di muka bumi. Dialah Khalilullah Ibrahim ‘Alaihi Salam, satu dari lima Rasul ulul Azmi, yang dinobatkan sebagai Abul Anbiya’, Bapak segala Nabi, The Great Father Of Monotheism.
Dedikasi dan komitmen Ibrahim ‘alaihissalam sudah tidak perlu disangsikan lagi. Konsistensi keimanannya sudah mulai nampak di usia muda belia. Al Qur’an mengabadikan dialog konfrontasi Ibrahim bukan hanya dengan Raja Namrud, tetapi dia bahkan berada di lintasan yang berseberangan dengan Ayahnya sendiri dalam hal keyakinannya tentang Tuhan. Perilaku pemujaan berhala adalah sesuatu yang ditolak oleh nalar dan naluri Ibrahim muda, di sisi lain Ayahnya Azar tidak lain adalah petugas Raja yang diberi kewenangan untuk membuat, memahat dan mengukir patungpatung sesembahan. Di sini, Ibrahim menunjukkan prinsipnya yang tidak bisa ditawar-tawar. Ibrahim tidak melawan ayahnya, tapi dia berinisiatif meruntuhkan patung-patung berhala. Tindakan Ibrahim ini diuraikan dengan diplomatis dalam enam ayat berturut-turut di surah Al Anbiya’: وَ تاللَّ هِِلأك يدَنَّ أصْنامَكُمْ ب عْدَ أنْ تُ وَلوا مُدْب رينَِفجَِعَلهُمْ جُذَاذًا إ لِاكَب يرًا لََِمِْ لعَلهُمْ إ لي هِِ) ٥٧( ي ر جعونَِِ )٥٨( قالوا مَنْ فَ عَلَ هَذَا ب آ لَت ناِإ نَّهُِ ل منَِالظال ميَِِِِِِِ )٥٩( قالوا سََعْنا فَ تًًِي ذكُرهُمِِْي قَالُِلهُ إ بْ را هيمُِِِِِِِِ)٦٠( قالوا فأتواِ (٦١(ب هِعَلى أعْ يُِِ النا سِلعَلهُمِْيشْهَدُونَِ
قالُواِ أأنتَِ فَ عَلْتَ هَذَا ب آ لَت نا يا إ بْ را هيمُ )٦٢(ِقالَ بَلِْ فَ عَلهُ كَب يرهُمْ هَذَا فاسْألُوهُمْ إ نِْ كَانواِيَ نْ طقُونَِ)٦٣)
57. Demi Allah, Sesungguhnya Aku akan melakukan tipu daya terhadap berhalaberhalamu sesudah kamu pergi meninggalkannya. 58. Maka Ibrahim membuat berhala-berhala itu hancur berpotong-potong, kecuali yang terbesar (induk) dari patungpatung yang lain; agar mereka kembali (untuk bertanya) kepadanya. 59. Mereka berkata: "Siapakah yang melakukan perbuatan Ini terhadap tuhan-tuhan kami, Sesungguhnya dia termasuk orang-orang yang zalim." 60. Mereka berkata: "Kami dengar ada seorang pemuda yang mencela berhala-berhala Ini yang bernama Ibrahim ". 61. Mereka berkata: "(Kalau demikian) bawalah dia dengan cara yang dapat dilihat orang banyak, agar mereka menyaksikan". 62. Mereka bertanya: "Apakah kamu, yang melakukan perbuatan Ini terhadap tuhan-tuhan kami, Hai Ibrahim?" 63. Ibrahim menjawab:. (Al-Anbiya’: 57-63)
Diplomasi Ibrahim ini sungguh jenius ! Dia mengajak setiap orang di sekitarnya untuk menggugat pikiran mereka masing-masing, coba simak kalimatnya, "Sebenarnya patung yang besar Itulah yang melakukannya, Maka tanyakanlah kepada berhala itu, jika mereka dapat berbicara”.
Keimanan adalah prinsip,
Keimanan adalah dedikasi,
Keimanan adalah komitmen suci,
Keimanan adalah kekuatan,
Keimanan adalah pengetahuan,
Keimanan adalah energi yang Allah titipkan,
Keimanan adalah pangkal dari pengetahuan dan kebijaksaan yang langsung bersumber dari Langit. Keimanan itu ada di dasar hati, di lapisan terdalam yang tidak akan mungkin terjamah oleh akal biasa. Keimanan adalah gelombang dahsyat yang dapat menangkap pesan-pesan kebaikan, dia tumbuh seiring usia, berkembang seiring pemahaman kita. Allah jua yang kemudian mendorongnya menjadi tenaga kesadaran, Allah jua yang kemudian menjaganya dari provokasi dan hasutan setan. Iman yang kokoh akan mampu menderaikan air mata ketika ilham kebenaran menyentuh selaput hatinya, iman yang kuat akan membuat sekujur tubuh menjadi gemetar dan merinding pasrah ketika ayat-ayat suci dilantunkan dengan indah dan sarat makna, Iman yang tegar akan selalu melahirkan senyuman walau kita dihadapkan pada seribu tekanan dan sejuta cobaan. Bukankah kita tahu, bahwa Permata tidak lain adalah batu bara yang menjadi indah karena tekanan?
Dan iman itulah yang bersemayam dalam diri Ibrahim ‘alaihissalam. Dengan imannya, dia mempelopori revolusi penghancuran berhalaberhala Namrud, bahkan akhirnya ia harus diputuskan bersalah dan dibakar hidup-hidup di hadapan banyak orang.
قالوا حَِِّرقوهُِ ِوَانصُروا آ لَتكُمْ إ نْ كُنْتمِْ
فا عل يَِِ ِ)٦٨)
قُ لْنا ِيا ِنارُ كُو نِ ِب ردًا ِوَسَلامًا ِعَلى إ بْ را هيمَِ
٦٩(
68. Mereka berkata: "Bakarlah dia dan bantulah tuhan-tuhan kamu, jika kamu benarbenar hendak bertindak". 69. Kami berfirman: "Hai api menjadi dinginlah, dan menjadi keselamatanlah bagi Ibrahim", (Al-Anbiya’:
68-69)
Dalam kisah-kisah heroik itu, tersebutlah pula seorang wanita nan mulia, seorang perempuan yang lahir dari kalangan biasa, mendampingi suaminya dalam suka dan duka. Dialah Siti Hajar, istri yang setia, ibu dari seorang anak yang bernama Ismail. Kisah keteladanan itu bersemai di tanah Bakka, yang hari ini kita kenal dengan Makkah Al Mukarramah. Yang pada saat ini sedang riuh rendah dalam gegap gempita oleh Takbir, Tahlil dan Tahmid dari para Jama’ah Haji. Allah mencatat peristiwaperistiwa melodramatik Keluarga Nabi Ibrahim dalam dua firman suci-Nya yang sangat terkenal; Pertama, rekaman dialog antara
Ibrahim dan Ismail ‘alaihissalam yang cukup mengguncang dasar kalbu, coba ikuti perbincangan mereka dalam tujuh ayat di Surah As Shaffaat :
فَ بشَِّرْناهُ ب غلِام حَل يمٍِ )١٠١(فَ لمَّا بَ لغَ مَعَهُِِالسَّعْيَ قالَ يا ِب نَََِّ إ ِّنِِ ِأرىِ فِ المَنا م أ ِّنِأذْبََكَ فانظرْ مَاذَا تَ رى قالَ يا أب ت افْ عَلْ مَاِتُ ؤْمَرُ ِسَت جدُ نِ إ نْ شَاءَ اللهُ منَ ِالصَّاب رينَِ)١٠٢( فَ لمَّا أسْلمَا وَتَ لهُ ل لْجَب ي )١٠٣(ِوَنادَيْ ناهُ أنْ يا إ بْ را هيمُِ )١٠٤( قدِْ صَدَّقتَِِالرُّؤْيا إ ناكَذَل كَِ نََْ زيِ المُحْ سِن يَِِ ِ)١٠٥(إ نَّ هَذَا لََوَ البلِاءُ المُب يُ )١٠٦( ِوَفدَيْ ناهُِب ذبحٍِ عَ ظيمٍِِِِِِِ )١٠٧(
101. Maka kami beri dia khabar gembira dengan seorang anak yang amat sabar.102. Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata: "Hai anakku Sesungguhnya Aku melihat dalam mimpi bahwa Aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa pendapatmu!" ia menjawab: "Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar". 103. Tatkala keduanya Telah berserah diri dan Ibrahim membaringkan anaknya atas pelipis(nya), (nyatalah kesabaran keduanya). 104. Dan kami panggillah dia: "Hai Ibrahim, 105. Sesungguhnya kamu Telah membenarkan mimpi itu Sesungguhnya Demikianlah kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik. 106. Sesungguhnya Ini benarbenar suatu ujian yang nyata. 107. Dan kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang
besar. (Shaaffat: 101-107)
Siapapun pasti akan berurai air mata jika mendalami dialog ini dengan batinnya. Hati siapa yang tak akan bergetar, melihat seorang anak muda yang begitu pasrah dan taat pada Sang Ayah walau harus disembelih sekalipun karena kepatuhannya pada Allah. Jiwa ayah mana yang tega menyembelih anaknya, tapi coba lihat ! Itu bukan karena anaknya nakal atau meresahkan, Ismail adalah anak yang soleh, permata hati bagi sang Ayah, pelipur lara bagi sang bunda, sejak kecil dialah surga yang mendamaikan jiwa Ibrahim dan Siti Hajar. Tapi Allah telah datang di mimpi Ibrahim ‘alaihissalam, mimpi istimewa ini hanya datang kepada Ibrahim ‘alaihissalam, tidak akan mungkin datang kepada orang biasa, karena Allah Maha Tahu kadar keimanan dan ketaqwaan hamba-Nya. Bukankah Allah menguji kita dengan kadar dan takaran kemampuan kita untuk mengatasinya? Dan Ibrahim tahu, bahwa Allah itu sedang menguji ketulusan dirinya. Malaikat-malaikat kagum, jagad raya ini menunduk, melihat hamba Allah yang begitu patuh tanpa syarat. Dan Allah sesungguhnya memang sedang menguji keluarga ini, terbukti, Ibrahim, Hajar, Ismail, memang bukan manusia tanggung, jagad raya memuji mereka, Allah menggantinya dengan seekor hewan untuk disembelih. Itulah yang saat ini kita kenang, kita resapi, kita telan butirbutir hikmahnya, dan sesaat lagi akan ada aktifitas suci bagi seluruh muslim di setiap belahan dunia.
Nabi Ibrahim ‘alaihissalaam, walaupun sudah tua, sudah berumur, kaya pengalaman, bak pepatah mengatakan sudah banyak makan asam dan garam, akan tetapi tidak sombong, tidak angkuh, tidak otoriter, tidak ingin menang sendiri, tidak memaksakan kehendak. Beliau masih minta pendapat orang lain, walaupun pendapat itu berasal dari seorang anak. Pendapat anak tersebut dia hargai bahkan dia laksanakan dengan sepenuh hati. Begitu pula Ismai ‘alaihissalam, bukanlah tipe anak yang cengeng, tidak penakut, berani menyampaikan pendapat, dan taat kepada Allah SWT. Ketika nabi Ibrahim as dan anaknya telah berserah diri dan sabar atas perintah Allah, maka Allah tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar. Peristiwa ini kemudian dilanjutkan oleh generasi sesudahnya hingga generasi sekarang dengan prosesi penyembelihan hewan qurban, tanggal 10 Dzulhijjah dan dilanjutkan pada hari-hari tasyrik.
Pengakuan resmi dan mutlak dari Allah bahwa keluarga Ibrahim adalah prototipe keluarga teladan sepanjang sejarah peradaban manusia, secara tegas Allah nyatakan dalam ayat ke enam Surah Al Mumtahanah :
6. Sesungguhnya pada mereka itu (Ibrahim dan umatnya) ada teladan yang baik bagimu; (yaitu) bagi orang-orang yang mengharap (pahala) Allah dan (keselamatan pada) hari kemudian. dan barangsiapa yang berpaling, Maka Sesungguhnya Allah Dia-lah yang Maha
Kaya lagi Maha Terpuji. (Al-Mumtahanah: 6) Allahu Akbar 3x wa Lillahi al-Hamdu, jama’ah Sidang Iedul Adha rahimakumullah..!
Hari ini saudara-saudara kita yang dianugerahkan kemampuan, kesempatan dan badan sehat oleh Allah SWT, sedang berada di tanah suci, untuk melaksanakan ritual ibadah haji. Jumlah mereka tidak sedikit, sekitar tiga sampai empat juta orang dari berbagai suku, bangsa dan beraneka bahasa dan warna kulit berkumpul, dari seluruh perwakilan ras di belahan dunia. Mereka berkumpul menjadi satu di tempat yang sama, dengan seragam ihram yang sama, dengan melafazkan kalimatkalimat pengagungan Allah yang sama redaksinya. Kalimat Takbir, Tahmid dan Tahlil yang diajarkan langsung oleh Allah melalui lisan suci Nabi Besar Muhammad SAW. Semuanya tertunduk memusnahkan egoisme dan kekakuan karakter, semuanya tak berbeda di hadapan-Nya, semata mengharapkan ridha dan ampunan dari Allaah Dzul Jalaali wal Ikram. Bagi kita yang belum berkesempatan, jangan pernah berkecil hati, tetaplah berdoa dan merindukan tanah suci, karena meskipun begitu, Rasulullah telah memberi kita juga kesempatan, kemampuan dan kesehatan untuk melaksanakan shalat Idul Adha secara berjamaah, mendengarkan khutbah dan dilanjutkan dengan penyembelihan hewan qurban dengan khidmat dan penuh persaudaraan.